Friday 30 December 2011

Siapa yang Tahu Maksud Allah?

Rasulullah pada suatu waktu pernah berkisah.

Pada zaman sebelum kalian, pernah ada seorang raja yang amat dzalim. Hampir setiap orang pernah merasakan kezalimannya itu.

Pada suatu ketika, raja zalim ini tertimpa penyakit yang sangat berat.

Maka seluruh tabib yang ada pada kerajaan itu dikumpulkan. Dibawah ancaman pedang, mereka disuruh untuk menyembuhkannya.

Namun sayangnya tidak ada satu tabib pun yang mampu menyembuhkannya.

Hingga akhirnya ada seorang Rahib yang mengatakan bahwa penyakit sang raja itu hanya dapat disembuhkan dengan memakan sejenis ikan tertentu, yang sayangnya saat ini bukanlah musimnya ikan itu muncul ke permukaan.

Betapa gembiranya raja mendengar kabar ini. Meskipun raja menyadari bahwa saat ini bukanlah musim ikan itu muncul kepermukaan namun disuruhnya juga semua orang untuk mencari ikan itu.

Aneh bin ajaib, walaupun belum musimnya, ternyata ikan itu sangatlah mudah ditemukan. Sehingga akhirnya sembuhlah raja itu dari penyakitnya.

Di lain waktu dan tempat, ada seorang raja yang amat terkenal kebijakannya. Ia sangat dicintai oleh rakyatnya.

Pada suatu ketika, raja yang bijaksana itu jatuh sakit.

Dan ternyata kesimpulan para tabib sama, yaitu obatnya adalah sejenis ikan tertentu yang saat ini sangat banyak terdapat di permukaan laut. Karena itu mereka sangat optimis rajanya akan segera pulih kembali.

Tapi apa yang terjadi? Ikan yang seharusnya banyak dijumpai di permukaan laut itu, tidak ada satu pun yang nampak!

Walaupun pihak kerajaan telah mengirimkan para ahli selamnya, tetap saja ikan itu tidak berhasil diketemukan. Sehingga akhirnya raja yang bijaksana itu pun meninggal.

Dikisahkan para malaikat pun kebingungan dengan kejadian itu.

Akhirnya mereka menghadap Tuhan dan bertanya, "Ya Tuhan kami, apa sebabnya Engkau menggiring ikan-ikan itu ke permukaan sehingga raja yang zalim itu selamat, sementara pada waktu raja yang bijaksana itu sakit, Engkau menyembunyikan ikan-ikan itu ke dasar laut sehingga akhirnya raja yang baik itu meninggal?"

Tuhan pun berfirman, "Wahai para malaikat-Ku, sesungguhnya raja yang zalim itu pernah berbuat suatu kebaikan. Karena itu Aku balas kebaikannya itu, sehingga pada waktu dia datang menghadap-Ku, tidak ada lagi kebaikan sedikitpun yang dibawanya. Dan Aku akan tempatkan ia pada neraka yang paling bawah !

Sementara raja yang baik itu pernah berbuat salah kepada-Ku, karena itu Aku hukum dia dengan menyembunyikan ikan-ikan itu, sehingga nanti dia akan datang menghadap-Ku dengan seluruh kebaikannya tanpa ada sedikit pun dosa padanya, karena hukuman atas dosanya telah Kutunaikan seluruhnya di dunia!"


Kita dapat mengambil beberapa pelajaran dari kisah bersayap ini.

Pelajaran pertama adalah:
Ada kesalahan yang hukumannya langsung ditunaikan Allah di dunia ini juga; sehingga dengan demikian di akhirat nanti dosa itu tidak diperhitungkan-Nya lagi. Keyakinan hal ini dapat menguatkan iman kita bila sedang tertimpa musibah.

Pelajaran kedua adalah:
Bila kita tidak pernah tertimpa musibah, jangan terlena. Jangan-jangan Allah 'menghabiskan' tabungan kebaikan kita. Keyakinan akan hal ini dapat menjaga kita untuk tidak terbuai dengan lezatnya kenikmatan duniawi sehingga melupakan urusan ukhrowi.

Pelajaran ketiga adalah:
Musibah yang menimpa seseorang belum tentu karena orang itu telah berbuat kekeliruan. Keyakinan ini akan dapat mencegah kita untuk tidak berprasangka buruk menyalahkannya, justru yang timbul adalah keinginan untuk membantu meringankan penderitaannya.

Pelajaran keempat adalah:
Siapa yang tahu maksud Allah?


(kisah diatas diambil dari buku "tutur bersayap")

sumber: http://sl4n.blogspot.com/2010/05/siapa-yang-tahu-maksud-allah.html

Kiat untuk Mengendalikan Amarah

Ada beberapa kiat untuk mengendalikan amarah, antara lain adalah:

· Memaafkan, sikap lembut dan tegar dengan mengharap ridha dan balasan baik dari Allah (QS. Al-Alraf.199, Ali Imran:134)

· Mengingat qishas di akherat, jika kita melampiaskan kemarahan. Riwayat Abu Ya'la ketika merasa kesal dengan Washif yang lambat melaksanakan tugas. Rasulullah menegurnya secara bijak seraya berkata, " Kalaulah tidak mencemaskan pembalasan di akhirat, niscaya aku beri engkau pelajaran"

· Mengingat pesan nabi dalam hadits Abu Dawud, " Duduk ketika sedang berdiri, tiduran ketika sedang duduk, jika masih marah, berwudhu atau mandilah dengan air dingin"

· Memikirkan kembali dengan tenang, tentang faktor yang menjadi pemicu marah, apakah memang sepatutnya disikapi dengan marah atau tidak.

· Tersenyum. Cobalah bercermm saat anda marah, dan lihatlah betapa jeleknya anda ketika marah dan tersenyumlah, percaya atau tidak, kemarahan yang anda, rasakan akan sirna perlahan-lahan.

· Positif thinking (husnudzon) dan mencoba memahami alasan sikap dan prilaku orang lain.

· Berlatih menunda amarah, dengan tidak mealampiaskan marah secara spontan dan refleks

· Coba dekatkan diri secara fisik kepada seseorang yang anda cintai disaat anda marah untuk menetralisir kemarahan. Misalnya dengan menggenggam tangannya. Kiat ini juga bisa kita gunakan untuk meredam kemarahan orang yang kita cintai pada kita.

· Diam dan dengarkan

· Ungkapkan kemarahan dengan tulisan.

· Komunikasi dan proaktif. Jangan harap orang lain dapat membaca fikiran kita atau mengetahui apa yang kita inginkan

· Membaca taawwudz seraya berdoa kepada Allah agar terhindar dari provokasi syetan dan jebakan fitnah yang menyesatkan." Allahumma Rabban Nabi Muhammad, ighfirlii dzambi wa adzbib ghaiddha qoIbii wa ajimii min mudhilatil fitan".

Ungkapkanlah kekesalan kita dengan tetap mengendalikan diri. Orang yang kuat menurut Islam bukanlah orang yang menakutkan ketika marah, melainkan orang yang mampu mengendalikan diri ketika marah sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairoh," Bukanlah disebut kuat orang yang pandai bergulat. Sesungguhnya orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika ia marah"

Akhirnya, mari kita tingkatkan terus keimanan kita kepada Allah dengan mendekatkan diri pada-Nya. Karena letak iman berada di hati sedangkan hati bersifat tidak tetap, maka selain itu jangan pula kita pernah lupa untuk terus memanjatkan doa pada Allah ta'ala, karena setiap tindakan/usaha tanpa dibarengi doa adalah ketakaburan dan sebaliknya doa tanpa dibarengi dengan usaha adalah kemalasan (Allah tidak akan mengubah keadaan seseorang kecuali orang itu yang mengubah dirinya dengan berusaha). Doa adalah usaha dan usaha adalah doa. Keduanya tak dapat dipisahkan dalam suatu pencapaian yang besar.

sumber: http://sl4n.blogspot.com/2010/04/satu-hari-satu-ayat-quran-marah-yang.html