Saturday 2 August 2014

Sebenarnya Hati Nuranimu Tau

Bismillaah

Aku bingung, ya aku sedang dilanda kebingungan
Belakangan ini, hatiku membatin
Apakah semua ini benar? Atau aku yang membenarkan semua ini?

Dari November 2010...
Sudah nyaris 4 tahun, waktu yang cukup lama kalo buat dibilang "naksir" orang
Sebut saja orang itu "you-know-who" (tapi ini bukan Voldemort ya)
Yeah mungkin levelnya udah lebih, cuma untuk gampangnya kita sebut "naksir" aja deh

Dari waktu nyaris 4 tahun ini... ternyata.....
Semuanya naik turun, kadang deket, kadang gak komunikasi sama sekali
Bahkan sekalinya gak komunikasi bisa sampe sebulan
but still, gue masih naksir you-know-who

Gue udah berusaha move on, ada sekitar 3-4 kali
Mungkin emang move onnya setengah-setengah, jadinya fail terus
Tapi kalo diinget-inget, setiap kali mau move on, ada aja kelakuan you-know-who
yang membuat gue jatuh cinta lagi
Ya, aku dibuat jatuh cinta lagi..... untuk yang kesekian kalinya...

Kami pacaran? Oh tentu tidak. Kami sahabat, kami teman baik
Kami satu "geng", hobi maen foto masak makan nonton karoke dll
Kami gak ada tuh status "pacaran"
Gak pernah keluar kalimat: "gue pacar lo, lo pacar gue"

Terus? Kelakuan kami gimana? Sama gak kayak orang pacaran?
Nah pertanyaan ini membuatku berpikir lagi

Kelakuan orang pacaran tuh gimana sih?
Selalu smsan? Gue engga
Selalu chatting? Lebih engga lagi
Selalu ngabarin? Boro-boro
Manggil sayang? Duileee kagak ada tuh
Jalan berdua? Makan berdua? Nonton berdua? Ugh gak pernah semua plz
Terus, apakah kami seperti orang pacaran?

Itu kalo dari sisi itu, coba kita lihat dari sisi sebaliknya
Kalo kami cuma sahabat, apakah pantas kami menggunakan subjek "aku" & "kamu"?
Kalo kami cuma sahabat, apakah pantas salah satu dari kami memberi kejutan kue ulang tahun?
Kalo kami cuma sahabat, apakah harus aku mendapat kabar darinya kapan dia pulang dari mudik?
Kalo kami cuma sahabat, apakah aku berhak bertanya kapan dia pulang dari mudik?
Kalo kami cuma sahabat, apakah aku berhak meminta oleh-oleh dari mudiknya?
Kalo kami cuma sahabat, apakah perlu dia menanyakan aku mau oleh-oleh seperti apa?
Kalo kami cuma sahabat, apakah kelakuan kami ini.... sudah selayaknya?

Pembenaran yang muncul di otak:
Aku juga sering ngomong pake subjek "aku" & "kamu" ke banyak sahabat laki-laki
Bahkan ada yang pake "saya" & "anda"

Aku juga pernah ngasih kejutan kue ulang tahun ke sahabat laki-laki yang lain, 2 orang malah
Gak salah kan?

Salah satu sahabat laki-laki kuliah di Bandung, sering sekali aku meminta kabar kapan dia pulang ke rumah
Bukankah sama saja ketika aku menanyakan pada you-know-who tentang kapan dia pulang?

Mengenai sahabat yang di Bandung itu, aku merasa berhak untuk bertanya kapan dia pulang
Karena aku menjadwalkan kapan "geng" kami ngumpul
Sama saja bukan dengan hakku untuk mengetahui kapan you-know-who pulang?

Mengenai oleh-oleh, aku juga pernah minta oleh-oleh ke sahabat laki-laki yang jalan-jalan ke Jawa
Bukankah aku juga melakukan hal yang sama ke you-know-who?

Mengenai pertanyaan mau oleh-oleh seperti apa, bukankah itu bagus?
Aku juga sering bertanya kepada orang-orang mau oleh-oleh apa
Percuma kan beli oleh-oleh kalo gak seneng orang yang dibawain?
Bukankah itu sama saja dengan you-know-who yang menanyakan aku?

Kelakuan kami ini....... apakah sudah selayaknya sahabat?
Apakah ini lebih dari sahabat?

Cek hati nurani....
Kamu sadar, ketika kamu menggunakan subjek "aku" & "kamu" tentu saja ada yang berbeda
Ketika kamu membelikan kue ulang tahun, kamu sadar juga sebenarnya ada yang berbeda
Begitu pula saat kamu menanyakan mudiknya, oleh-olehnya
Saat itu kamu juga sadar, bahwa ada yang berbeda
hatimu tau. kalo you-know-who memang spesial

Coba kau lontarkan kata rindu kepada you-know-who & Sahabat Bandung
mungkin katanya sama, yaitu "rindu"
tetapi hatimu tau, kedua rindu itu memliki perbedaan makna

Sebenarnya hati nuranimu tau,
pada dasarnya, kamu itu sudah sadar
bahwa kamu itu salah